Sunday, April 18, 2010

Bisnis Kuliner

Bisnis kuliner. Ya … bisnis makanan. Bisnis yang banyak dilakukan orang2 mulai dari yang ekonominya rendah sampai yang ekonominya tinggi. Mulai dari orang2 alit sampai kalangan elit macam artis2 ibukota. Bisnis yang bisa ditiru, tapi ga akan pernah jenuh. Gimana bisa jenuh ?!? lha wong selama manusia masih ada di muka bumi, selama itu pula manusia butuh makan.

Banyak ilmu2 ekonomi mengatakan bahwa bisnis harus meliputi 4 M + M, yaitu : Money, Men, Material, Machine and Method. Dan semuanya harus melalui studi kelayakan dulu untuk melihat fisibilitasnya. Mulai dari : price, product, promotion and distribution. Tapi, itu semua ga jaminan. Apalagi klo itu di bisnis kuliner/makanan.

Karena saya suka pecel, … maka saya ambil contoh bisnis pecelnya Cak Chalim ini. Berangkat dari rombong biasa, sekarang dah pake banner segala, dan pengunjungnya … woow … luarbiasa men. Mungkin karena antrinya lama, kita2 ini jadi sangat2 menghargai setiap suapan nasi yang masuk ke mulut, hahaha

Pecel ini adanya di Gresik. Ada 2 tempat pecel favorit saya di kota pudak ini. Sedangkan di kampung halaman, Tulungagung, ada pecel Al Azhar yang cukup terkenal. Ehm … nyam-nyam …

Pecel Cak Chalim ini memang ada di (1) lokasi yang strategis. Tapi, di kiri-kanannya juga ada penjual pecel lainnya. Jadi, bukan suatu keunggulan juga. Trus, (2) harganya juga sama. Ga pake (3) promosi2an. Jualan pecelnya pun/ (4) produknya juga ga aneh2. Seperti pecel kebanyakan. Tapi anehnya … pecel Cak Chalim memang yang laris manis tanjung kempol. Jangan2 pake “penglaris” ato ngingu tuyul ?!?!?

Walah … klo itu mah saya ga tau lagi. Yang saya tau pasti, saya suka karena pecelnya. Peyek – tempe – dan sambel pecelnya uenak tenan … cocok di lidah. Persis kayak iklan di tipi, “mulut mungkin bisa bohong, tapi lidah tidak”, hahahaha

Promosi dikit … perempuan yang lagi ngantri di dalam foto itu “master of tentornya SD – SMA di Gresik”, hahaha …. Kita sengaja ngantri pagi2 biar dapet giliran pertama. Sebab sekali lagi, … pecel Cak Chalim memang banyak peminatnya.

Di Tulungagung juga ada pecel mbah Dul. Isinya cuma toge/kecambah + tahu. Tapi, itu salah satu pecel yang saya suka juga saat saya pulang kampung, hahahahaha

Bicara masalah laba bersih. Punya Cak Chalim bisa 100 ribuan. Sedikit ?!? tergantung cara melihatnya ya. Buat saya, itu untung yang gede. Cak Chalim buka jam 7an. Abis jam 9an. Setelah itu, dia suka duduk2 dulu di kios koran samping rombongnya untuk baca2 koran gratisan. Persiapan jual pecelnya pun ga butuh waktu lama. Paling2 masak nasinya aja yang agak lama. Klo peyek2, bisa nggoreng 3 hari sekali. Sambil nunggu nasi tanak, Cak Chalim bisa nyambi nggoreng tempe. Bumbu ga perlu di ulek2. Di bawa ke selepan aja, beres. Semuanya praktis dilakukan di pagi hari. Kendalanya cuma ngantuk dan klo bangun kesiangan jadi rada kedadapan.

Ehm … ini memang pekerjaan yang ga butuh pangkat – tingkat pendidikan tinggi – dan ketrampilan khusus, tapi insya 4jj … jelas kehalalannya.

Selamat datang di dunia perpecelan, hahahaha ….cao !!!


Submit your 
content Every Day to 25 social 
bookmarking sites, all on unique 
C class IPs... FREE.