“wuu … sha … orang itu hebat, euy … sakti !! mungkin punya indera ke-6” … gak jarang kita mendengar orang mengatakan hal seperti itu. Umumnya, orang menyebut, kemampuan indera ke-6 itu identik dengan kemampuan supranatural. Definisi indera ke-6 ato sixth sense itu sendiri apa sih ?!?! saya sendiri gak tau. Yang pasti, ... itu kemampuan spesial yang dimiliki seseorang di luar kemampuan panca inderanya. Gimana cara mendapatkannya ?!?! Macam-macam.
Ya itulah … jadi, menurut saya, yang namanya sixth sense itu ya, insting. Umumnya, insting itu ada, klo kita mau melatihnya. Seorang petinju, dengan instingnya, dia bisa mengelak tanpa melihat arah pukulan lawannya. Seorang striker / ujung tombak, bisa menendang bola tepat ke arah gawang lawan tanpa melihat gawangnya terlebih dahulu. Bahkan tanpa harus mengontrol bola pun, kadang bola langsung di tendang …. Goooll !!! Seorang pemain basket sekaliber Kobe Bryan ato Michael Jordan, meski meliuk-liuk menghindari kepungan musuh, tetap aja bisa menceploskan bola ke keranjang, yang mengundang decak kagum para penonton. Padahal keranjangnya kecil. Di gantung lagi. Mereka semua bisa begitu karena talent dan kerja keras.
Kemampuan mengenali seseorang juga bisa disebut sixth sense. Klo kita sudah ahli, patokannya 10 detik sebelum berinteraksi (baik lewat bicara ato jabat tangan). Saat itu, kita sudah harus bisa “merasakan” orang ini seperti apa.
Di dalam hutan yang keadaannya serba homogen, kita lebih sering mengikuti insting kita. Dalam urusan mencari jodoh pun, kita lebih prefer klo mengikuti insting kita. Jadi, … insting itu memang nyerempet-nyerempet kata hati. Pada saat kata hati berbunyi “klik” ato rasa-rasanya ada yang berteriak “ini saatnya, lakukan!”, saat itu juga kita segera bereaksi. Dan gak jarang, dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih sering terselamatkan oleh kata hati kita dibanding otak kita. Nah … kemampuan melatih kepekaan kata hati ini yang penting kita miliki di jaman yang semakin ruwet sekarang ini. Karena manusia itu makhluk sosial, dia gak akan bisa hidup klo tidak berinteraksi dengan orang lain (kecuali, Tarzan). Padahal yang namanya orang lain itu, ada yang baik, tapi ada juga yang kurang baik.
Tentunya kita semua ingin memiliki teman-teman yang baik. Klo begitu, kita perlu melatih kemampuan sixth sense kita. Kemampuan kata hati kita. Klo para bhiksu-bhiksu di cerita komik, suka melatih kata hati dengan bertapa, kita yang orang jawa, biasanya suka “nglakoni”. Bisa puasa mutih .. bisa puasa bicara … bisa puasa makan hewan-hewan yang bernyawa … ato yang lainnya. Bagi seorang muslim, maka cara melatih kepekaan kata hati-nya ya … dengan belajar melakukan puasa sunnah, belajar berbicara yang benar, dan yang terakhir ... belajar memastikan kehalalan makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh kita. Klo ada yang lebih dari itu, monggo kerso. Itu lebih baik. Sebab ke-3 hal itu memang makanan favorit kesukaan hati.
Klo kita punya kemampuan mendengarkan kata hati yang bagus, trus ditunjang dengan kemampuan berpikir logis yang mumpuni juga, jangan heran … klo kita menjadi manusia setengah dewa, hahaha … tapi, ini bener loh …
Klo dulu orang berbicara tentang IQ … trus bergeser menjadi EQ … trus bergeser lagi menjadi ESQ nya Ari Ginanjar … artinya, mengandalkan kemampuan otak itu memang penting, tapi itu bukan yang utama. Yang paling utama adalah kemampuan spiritual. Kemampuan mendengarkan kata hati. Kemampuan yang hanya bisa dimiliki, jika kita memiliki hati yang bening … hahaha, es cao !!!
Artikel terkait :