Akhir2 ini saya memang agak prihatin juga dengan yang namanya emansipasi wanita (maaf, klo saya gak bisa menyebutnya emansipasi perempuan). Bukan masalah kekuatiran tentang eksistensi kaum adam yang akan berkurang ke depannya, tapi lebih ke hal2 yang sederhana aja. Klo gak salah, jatah anggota dewan untuk wanita saat ini adalah 30%. Itu pun mungkin akan terus diperjuangkan kaum wanita sampai tembus 50%. Biar jadinya, 50-50. Adil. Persamaan hak asasi manusia sebagai alasannya.
Dulu saya pernah mendapat pelajaran sekolah yang bercerita tentang ekspansi sebuah negara yang membawa misi 3 G (Gold, Glory, Gospel). Setelah mendapat kekayaan (gold), dilanjutkan dengan meraih kejayaan (glory) & terakhir mendapatkan kemuliaan (gospel). Jadi, ujung2nya perang memang ke masalah ideologi juga. Perang pemikiran. Perang prinsip. Perang keyakinan. Nah loh … klo sudah bicara tentang keyakinan, … ini memang mau-tidak mau, … disadari ato tidak disadari … ini bakal nyerempet2 masalah agama juga. Rada riskan memang.
Dalam agama saya, hak & kewajiban laki2 & perempuan (maaf, saya ga bisa menyebutnya wanita) jelas berbeda. Dalam penciptaannya pun, diciptakannya laki2 & perempuan dilakukan dengan cara yang berbeda. Dan dalam segi penampakan panca indera pun (perangkat hardwarenya) laki2 & perempuan juga berbeda. Trus, untuk urusan softwarenya (psikologinya) juga ga sama. Lalu, bagaimana caranya menciptakan formulasi tentang persamaan ?!?!?
Saya terlahir sebagai laki2, bukan karena keinginan saya. Temen2 yang terlahir sebagai perempuan pun, pastinya juga ga request
Jadi, kenapa mesti repot2 mikirin masalah persamaan ?!?!? Mending fokus aja sama kelebihan & kekurangan diri kita sebagai laki2 ato perempuan. Karena diciptakannya laki2 & perempuan