Aduh biyung …. !!!! ada apa dengan negeriku ini ?!?
Ngliat foto di samping kok, ati ini rasanya gimanaaaa …gitu. Berita komplitnya (klo masih ada) bisa di klik di “Melongok Rutan Koruptor : kapasitas 256 penghuni, dinding sel dilapisi cat antikimia”.
Awalnya sih, rada males juga ngomongin masalah korupsi beginian, apalagi untuk menulisnya. Tapi, kok ya o kebetulan … abis mbaca artikelnya, eh … pas jum’atan, sang khotib mbahas masalah korupsi yang dah menjamur di Bumi
Nah … klo akhirnya, postingan ini muncul juga ... itu sekedar nglepasin uneg-uneg. Kok bisa ya, muncul sebuah ide sampai akhirnya bisa terealisasikan tentang RUTAN KHUSUS para KORUPTOR ?!?!? Biuh-biuh … lha wong penjara umum yang (saat ini) berisi napi dari bermacem-macem tindak kriminal pidana dan perdata aja, punya output yang gak terlalu signifikans dengan tujuan didirikannya penjara, eh ! .... ini sudah dibuat versi khususnya. Kok gak fokus dulu pada kebagusan fasilitas infrastruktur dan jumlah sipirnya, ya ?!? Namanya doang, Lembaga Pemasyarakatan ... tapi kenyataannya, memang lebih pantas disebut sebagai penjara ato bui.
Jadi, ... pemakaian istilah kata Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri, sebenarnya cuma pembagusan nama aja. Biar konotasi negatif yang melekat pada para penghuni LP dimunculkan dalam warna yang lebih halus. Smutt ... Suatu tempat yang difungsikan sebagai sarana penyadaran dan pemberdayaan orang-orang yang pernah berbuat salah dalam pandangan hukum manusia, agar selepas dari LP, bisa menjadi manusia yang lebih berguna di lingkungan masyarakatnya, wee ....
Bagaimana bisa, penjara membuat seseorang menjadi jera ?!? Memang sih, akan selalu ada "orang baik di sarang penyamun" ... tapi, berapa jumlahnya ?!? Berapa sih, prosentase orang yang menjadi baik dari total penghuni penjara ?! ada sampai 90 % nya ?!?! klo iya, .... hebat dong !! … lha wong jumlah sipirnya aja sudah gak sebanding dengan jumlah napinya.
Malah yang terlintas dalam pikiran, justru keberadaan penjara bukannya menjadi SOLUSI, tapi malah menjadi sarana untuk meningkatkan skill para penghuninya, sehingga saat keluar dari penjara nanti menjadi lebih trampil dan berhati-hati dalam melakukan aksinya. Ato bisa jadi, para napinya sendiri yang kadang lebih memilih untuk di penjara selamanya (napi abadi), daripada harus hidup di luar penjara. Selain alasan sulit beradaptasi dengan lingkungan di luar penjara, masyarakat pun masih susah menerima kehadiran para mantan napi itu (kecuali dari golongan koruptor dan artis, hahaha ...).
Permasalahan yang dihadapi para napi ini memang rada kompleks juga. Utamanya sanksi MORAL, baik dari masyarakat ato di lingkungan keluarganya sendiri. Saat seseorang baru dianggap sebagai tersangka aja, masyarakat disekitarnya sudah gonjang-ganjing. Keluarga juga mengganggapnya sebuah aib. Si tersangka, jelas akan sangat malu. Itu sudah masalah. Padahal kan ada asas praduga tak bersalah di hukum kita. Tapi, masyarakat kita gak mau tau. Mereka punya penilaian sendiri yang kadang bisa berlaku sadis. Pas ternyata memang terbukti bersalah dan masuk bui, waduh ... perasaan si calon napi, jelas semakin gak karuan. Cemas - malu - kuatir - dan lain-lain, karena ini bakal menjadi pengalaman pertama masuk bui.
Dengan berjalannya waktu ... saat si napi sudah mulai kerasan … gak terasa, waktu datangnya hari pembebasan segera tiba. Ada perasaan senang ... tapi juga was-was. Makanya, ada lagu “orang-orang terkucil"-nya mas Ebit G Ade. Tapi, lagu itu kliatannya cuma cocok untuk para penjahat kelas teri, macam maling ayam … pencuri … pencopet … dan lain-lain. Sedangkan, untuk para penjahat koruptor ?!?! wow … mereka beda kelas dan nasib, men … Klo ditinjau dari sudut pandang pedagang, pekerjaan sebagai koruptor itu memang enak. Resiko kecil, Untungnya gede, hahaha …
Jarang terdengar ato muncul di surat kabar, yang namanya penjahat koruptor dihakimi
Urusan korupsi memang ruwet seperti benang kusut. Nyari ujung-pangkalnya aja susah, apalagi membuatnya rapi kembali. Yang terjadi malah, dipotong-potong, trus dicari yang panjang, sapa tau masih bisa dipake ... ato mending beli benang baru lagi aja alias dilupakan aja. Bayangkan … yang namanya koruptor itu kan, biasanya jadi monopoli orang-orang pinter. Baik pinter secara akademik, maupun kemampuan berpolitiknya. Aktor intelektual lah … Klo mereka dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah penjara khusus, wow … bakal luar biasa !!! … mereka bisa ngopi plus rokok an bareng sambil baca koran – trus disambung diskusi seru sepanjang hari. Keree ...nnn ....
Klo dulu yang namanya tahanan politik itu selalu diasingkan di pulau-pulau terpencil dan di pindah-pindah … sekarang malah dikumpulkan dalam satu tempat. Di beri wadah. Macam lokalisasi Dolly, hahaha … illegal, tapi legal ... bingung to, hahaha ....
Sebenarnya sih rada ngeri juga sama hukuman jaman dulu macam qisos … rajam … pancung … dan sejenisnya. Tapi, klo ada pemutihan sebelum peraturan itu dilaksanakan ... kita sih oke-oke aja. Yang lalu, Biarlah berlalu. Sing wis kadung bathi wokeh, yo ora popo. Bejone awakmu. Ning, ... lek sampe ketemon maneh, rasakno kon ! Sisi positifnya, pemerintah gak perlu lagi pusing-pusing mikirin model dan biaya mbangun penjara baru. Penjara dijamin bakal sepi penghuni, hahaha … es cao !!!
Artikel terkait :