Lebaran sebentar lagi tiba. Tinggal menghitung hari aja, bulan istimewa ini akan segera berakhir. Meski bulan romadhon setiap tahun pasti hadir menyapa kaum muslimin, tapi belum tentu bulan yang penuh berkah ini bisa menyapa kita lagi tahun depan. Sapa tau, mbesok kita dah keburu mati. Kadang bagi sebagian dari kita, saat jelang akhir begini – seperti menghadapi saat–saat perpisahan dengan orang yang kita kasihi. Kok kliatannya waktu berjalan begitu cepat ya ?!?! Rasanya ingin menghentikan waktu … tapi itu (jelas) tidak mungkin. Jadi, gak ada yang bisa kita lakukan selain hanya menghargai setiap detik yang tersisa … Duh Gusti … tapi, gak sedikit juga dari sebagian kita yang menganggap bulan suci ini seperti 11 bulan yang lain. Sama-sama gak puasanya … sama-sama gak punya target pribadi untuk mengisi jadwal di bulan yang spesial ini … bahkan malah ada yang ngomel saat puasa kok banyak warung yang tutup – orang yang diajak ngomong pada bau mulutnya – dan tadarussan serta woro-woro sahur dari pengeras suara di mesjid/musholla bikin tidur gak bisa nyenyak … Duh Gusti …
Seperti juga sudah menjadi tradisi … setiap jelang lebaran, kita biasanya suka ma’af-ma’afan. Dulu, model ma’af-ma’afan_nya dengan berkirim kartu lebaran sesama sodara / teman / atau kerabat lainnya – trus, berlanjut dengan model telegram indah – dan karena sekarang sudah jamannya HaPe, maka kita lebih nyaman berkirim ma’af-ma’af_an dengan menggunakan sms. Lebih cepat sampainya – lebih tepat sasarannya – lebih bebas nulis katanya – lebih indah tampilannya – dan yang pasti … lebih murah biayanya, hahaha … pokoknya jadi lebih efektif dan efisian. Sip !
Tapi, bagaimana halnya dengan makna lebaran itu sendiri ?
(2) Apakah ucapan “mohon ma’af lahir & bathin” itu sekedar lip service belaka atau memang serius ?!? Bener loh … untuk yang ini memang gak gampang. Susaa …hhh banget … Dan yang terakhir (3) Bagaimana dengan tradisi disaat lebarannya itu sendiri, seperti acara bagi-bagi angpao (buwuh) ?!?! hati-hati loh … Kadang kala kegiatan sedekah macam begini memang riskan dengan penyakit hati (sombong – ujub – takabur – dan ri’ya). Bahkan, jika dikemudian hari yang bersangkutan jatuh miskin, gak jarang tradisi angpao ini malah menjadi beban pikiran tersendiri. Jadi, bukan romadhonnya yang dipikirin, tapi gimana saat lebaran nanti gak bisa ngasih angpao lagi. Gaswat
Sebelum mengakhiri postingan kali ini, ada sedikit kutipan Do’a Malaikat Jibril yang di-amini Kanjeng Nabi saat selesai sholat Ied (1 syawal) :
- Ya, 4jj … jangan Engkau terima puasa dan ibadahnya anak yang tidak berbakti kepada orangtuanya,
- Ya, 4jj … jangan Engkau terima puasa dan ibadahnya seorang istri yang durhaka kepada suaminya,
- Ya, 4jj … jangan Engkau terima puasa dan ibadahnya pada muslimin / muslimat yang tidak mau saling mema’afkan.
Nah … met lebaran ya … semoga disepertiga akhir ini, kita beroleh keberuntungan malam Lailatul Qodar. Malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Jadi, perburuan kita selama di bulan romadhon ini, tuntas sudah. Dan semoga, saat lebaran nanti, wajah kita senantiasa bersinar seperti wajah-wajah kebanyakan orang yang baru pulang haji, amien … hahaha … cao !!!
Artikel terkait :