Sunday, January 9, 2011

Mengenang Aa Gym Bag. # 3 (terakhir)

Postingan ini adalah bagian terakhir (bagian ke-3) dari trilogi Mengenang Aa Gym. Sempat melepaskan pertanyaan ke semesta alam, ada apa dengan Aa Gym ?! seberapa besar kesalahan teh nini ?! (perempuan yang telah dihamilinya sebanyak tujuh kali dan memberinya keturunan yang sehat, baik jasmani maupun rohaninya). Cukup untuk membentuk sebuah tim bola basket – volley – ato futsal, berikut dengan pemain cadangannya. Ada yang menjawab,”klo tambah istri muda dengan 3 anak kan bisa jadi tim sepakbola”, hahaha ... tapi ada juga yang menjawab,”Aa Gym cuma manusia biasa ... sedangkan teh nini cuma wanita biasa”, naa ... jawaban yang terakhir ini nih, yang bikin hati gak bisa tanya-tanya lagi. Singkat – praktis – dan tepat. Jawaban yang memanfaatkan kelemahan sebagai kekuatan, hahaha ... ini mah jurus tertinggi manusia setengah dewa, hahaha ...

Yaa ... apa mau dikata, Dalamnya laut, bisa ditebak. Dalamnya hati, sapa yang tahu. Yang pasti, ... catatan yang sebenarnya selalu tersimpan rapi di laci Istana Langit. Gak hanya bukti tertulis dan videonya aja. Tapi, mata – kaki – tangan – bibir – dan mata yang selama kita hidup cuma bisa diam, akhirnya ikut bicara juga, wee ... dijaminnn, ... pengacara handal sekali pun, gak akan bisa ngomong,”denied ... denied ... denied”, hahaha ...

OK, men ... selamat menikmati episode terakhir dari 10 kumpulan tausyiah terbaik Aa Gym, sambil makan batagor dalam plastik. Eits ! Jangan lupa ! sebelum dimakan, dikocok-kocok dulu, biar bumbu dan sambelnya tercampur merata. Setelah itu, ... baru disobek bagian ujung plastiknya. Pake gigi aja. Lebih praktis dan higienis, hahaha ... es cao !!!

06. Potensi Ruhiah Tausyiah Aa Gym

Potensi Ruhiah K.H. Abdullah Gymnastiar. Ternyata kekuatan adl hal mutlak yg harus dimiliki oleh siapapun yang ingin memperoleh kemenangan. Terbukti jikalau badan lemah, ekonomi lemah, otak lemah, kepandaian lemah, kita tak dapat berperan sebagai makhluk unggul yang membawa manfaat banyak bahkan justru sebalik kita menjadi tertindas baik oleh hawa nafsu oleh syetan terkutuk atau juga oleh makhluk-makhluk yg tak menyukai kebenaran. Karena sudah menjadi suatu keharusan bagi siapapun untuk terus-menerus menggalang aneka potensi kekuatan yg ada pada dirinya. Hanya saja, harus kita sadari pula bahwa kekuatan itu tak cukup hanya kekuatan lahir saja. Karena bagi siapapun yg berusaha membangun kekuatan ekonomi dgn meyakini bahwa hanya dgn kekuatan ekonomi itulah yg akan membuat diri menang kuat tanpa dibarengi kekuatan lain maka akan hancurlah dia. Sudah terlalu banyak contoh tengok saja ketika zaman masih ada Uni Soviet, pastilah saat itu di negara ini tak kurang para profesor ada, ahli ekonomi ada, ahli keuangan ada, ahli perencanaan pembangunan ada, juga ahli militer dan ahli di berbagai bidang lain, tapi ternyata Uni Soviet yg nampak begitu kokoh bisa rontok seketika. Begitu juga kalau kita menganggap bahwa hanya kekuatan senjata sebagai satu-satu kekuatan yg akan memenangkan pertempuran kita saksikan lagi bagaimana Rusia dgn peralatan dan perlengkapan tempur yg begitu lengkap, begitu banyak personil, begitu kuat dukungan logistik, ternyata dipermalukan di Afghanistan. Bahkan gempuran berikut ke Chech sebuah negeri yg begitu kecil mungil, ternyata Chech sampai saat ini masih bisa bertahan. Lalu adakah kekuatan lain yg mampu memenangkan tiap pertempuran? Ada! Kekuatan itu tiada lain kekuatan dari dalam diri kita sendiri yg kadang begitu saja kita melupakannya. Padahal kalau kita mampu membangun dgn sungguh-sungguh ia akan menjadi sebuah kekuatan yg teramat dahsyat.

Inilah kekuatan tanpa biaya, tanpa memerlukan pertolongan orang lain, tapi bila saja dibina dan dioptimalkan maka ia adl modal yg luar biasa dahsyat dalam mengarungi kehidupan ini. Kekuatan apakah itu?! Dikisahkan pada abad ke-7 Hijriah di saat kekuatan kekhalifahan Islam mulai meredup terjadi pertempuran yg sangat dahsyat dan monumental yaitu ketika bangsa Tartar dibawah pimpinan Jengis Khan menyerbu negeri-negeri Islam bagai air bah bergelombang bagai badai yg garang menyapu dari segala penjuru dan kemudian meluluhlantakan semua negeri-negeri yg dilaluinya. Bahkan diceritakan sungai Dajlah di tengah kota Baghdad yg begitu bening menjadi hitam kelam air oleh tinta dari ratusan buku perpustakaan yg dibuang ke sungai itu oleh tentara Tartar. Kita kenang masa ini sebagai masa kekhalifahan Islam yg paling kelam saat dimana sebagian besar negeri Islam dibasmi dan dilindas habis oleh bangsa Tartar ini. Barisan bala tentara seakan-akan tak pernah terbendung dan terkalahkan. Pedang-pedang seperti menjadi tumpul tiada berdaya menyentuh tubuh mereka. Sampai-sampai munculah mitos “Tartar takkan pernah terkalahkan”. Berselang beberapa tahun setelah kejatuhan pertama kali negeri-negeri Islam ini. Tersebutlah suatu kisah dimana ada seorang syeikh bernama Syeikh Jamaludin dari Bukhara. Beliau adl seorang yg bersih mursyid yg tulus walaupun secara lahiriah fisik sudah berkurang kemampuannya.

Suatu waktu ia berjalan-jalan bersama sahabat-sahabat dan santri-santri hingga tanpa disadari mereka telah memasuki wilayah kekuasan bangsa Tartar yg waktu itu dipimpin oleh seorang taklak yaitu Taklak Timur Khan {Timur Lenk} seorang cucu Jengis Khan. Begitu masuk wilayah bangsa Tartar ini yg kebetulan beliau memasuki wilayah berburu Sang Taklak, maka serta merta ditangkaplah mereka dan langsung dibawa menghadap Sang Taklak yg cucu Jengis Khan ini. Bertanyalah Sang Taklak “Engkau siapa dan darimana …?” “Saya dari Bukhara dan seorang Parsi” Mendengar jawaban ini Sang Taklak serta merta tertawa terkekeh-kekeh seraya berkata meremehkan “Oo orang-orang Parsi ini lbh rendah dan lbh hina dari seekor anjing” ujarnya dgn pandangan mengejek. “Ya benar! Andaikata kami tak diberi cahaya kemuliaan dgn agama yang benar niscaya kami lbh hina daripada seekor anjing” Jawab Syeikh Jamaludin mantap. Sebuah jawaban yg disertai nur kekuatan keyakinan rupanya selalu membuat terngiang-ngiang di telinga Sang Taklak. “Ya, Kami jauh lbh hina daripada seekor anjing andaikata tak dimuliakan dgn agama yg benar” Sang Taklak merenung memikirkan kata-kata ini “Ada apa dibalik kata-kata yg ringkas ini?!” Pikirnya. Begitu menggelitik jawaban Syeikh Jamaludin ini sehingga suatu saat dipanggillah ia kembali oleh Sang Taklak ke istana. “Apa yg kau maksudkan dgn kata-kata yg dulu pernah engkau ucapkan itu?” Bertanyalah Sang Kaisar.

Dengan ijin Allah, Syeikh Jamaludin ini menjelaskan dgn begitu bersemangat tentang keindahan Islam. Penjelasan yg merupakan buah dari perasaan dan kecintaan kepada Islam. Uraian disertai pula dgn raut muka perilaku yg sebanding dgn keindahan yg disampaikannya. Dijelaskan pula betapa kekufuran telah membawa martabat manusia merosot lbh hina daripada seekor anjing. Mendengar uraian ini tergetarlah hati Sang Taklak hingga akhir terbukalah pintu hati utk menerima Islam hanya saja pada saat itu masih ada satu hal yg mengganjal “Aku belum menjadi kaisar, saat ini masih orang tuaku yg menjadi penguasa, aku berjanji seandai aku nanti jadi penguasa aku akan masuk Islam.” Janji Sang Taklak.

Waktupun berselang. Suatu saat menjelang Syeikh Jamaludin wafat diberitahukanlah perihal janji kaisar ini kepada anak yg bernama Ryasidudin “Wahai anakku Taklak Timur Khan akan menjadi kaisar, andaikata dia sudah resmi jadi kaisar, datangilah dan sampaikan salam dariku serta ingatkan kepadanya akan janji yg dulu pernah diucapkannya”. Ketika benar Syeikh Jamaludin wafat, puteranya sengaja datang ke perkemahan Sang Taklak Timur Khan utk melaksanakan wasiat orang tua, namun karena ia dianggap orang asing yg tak dikenal, sampai disana ia ditolak tak boleh masuk. Seraya memohon pertolongan Allah, ia memutar otak sehingga munculah idenya. Saat malam melepas gulita dan fajar shubuh mulai menyingsing, segera saja ia mengumandangkan azan dgn begitu keras sampai-sampai Sang Taklak Timur Khan yang berada di dalam kompleks perkemahan tentara terbangun seraya bertanya-tanya, “Siapa itu yg berteriak-teriak di malam buta seperti ini? Siapa dia berani kurang ajar mengganggu tidurku?” Begitu marah Sang Kaisar ini. Putera Syeikh pun ditangkap sehingga kemudian dibawa menghadap pada sang kaisar.

Begitu bertemu muka dgn sang kaisar, putera Syeikh Jamaludin ini langsung memperkenalkan diri “Saya putra Syeikh Jamaludin menyampaikan salam dari beliau”. Ketika mendengar nama ‘Syekh Jamaludin’- yang beberapa tahun lalu akrab ditelinganya, Sang Kaisar tiba-tiba seperti api disiram air, reda marah dan luluh hatinya.

“Saya hanya akan mengingatkan janji yg pernah tuan ucapkan dgn beliau” Lanjut putera Syeikh Jamaludin ini. Teringatlah sang kaisar akan janjinya, sehingga pada saat itu juga Kaisar Timur Khan mengucap dua kalimah syahadat sebagai tanda bahwa ia benar-benar masuk Islam. Kala itulah bangsa Tartar benar-benar berubah dari yg tadi berwajah bengis kejam dan melindas habis menjadi bangsa yg berakhlak mulia. Pada saat itulah seluruh penduduk kerajaan menerima cahaya kemuliaan Islam. Sungguh luar biasa dari yg tadi meluluhlantakan Islam dgn kekuatan senjata, akhirnya menjadi luluh lantak hati hanya oleh perkataan. Ratusan ribu orang menentang dgn kekuatan senjata tak ada yg mampu mengalahkan, tapi hanya dgn beberapa patah kata yg menghunjam ke hati telah membuat negeri yg tak pernah terkalahkan malah masuk dalam semburat cahaya Islam bahkan menjadi benteng Islam yg begitu kokoh saat itu.

Bekas pun nampak sampai sekarang seperti di Rusia, Kaukasus, Asia Tengah dan sekitar ternyata adl buah dari bangsa yg tadi menghancurkan Islam secara fisik krn kekuatan memang tak tertahankan namun akhir menjadi benteng Islam. Mengapa? Ternyata krn ada satu kekuatan lain yg mampu mengalahkan yaitu kekuatan ruhiah. Syeikh Jamaludin adl seorang ulama yg begitu tinggi cahaya ruhiahnya. Kata-kata, sorot mata, cara berjalan sikap dan semua dalam diri ternyata memancarkan energi yg betul-betul membuat orang yg mendengar terbuka hatinya. Satu patah kata atau dua patah kata dari orang yg sudah tercahayai hati, maka kata-kata itu bagai gelombang-gelombang yg bisa menyentuh, bagai magnet yg bisa menyedot begitu hebat kekuatan, sehingga daya ubah pun sungguh luar biasa dahsyatnya. Inilah kisah bagaimana seorang mursyid yg bersih jujur dan tulus walau tanpa kekuatan fisik yg berimbang, tapi krn kekuatan ruhiah begitu dahsyat ternyata mampu membolak-balikan hati mengislamkan yg belum Islam meluruskan yg tersesat dan menjadi jalan bertaubat bagi orang yg berlumur dosa. Allahuakbar. **

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

07. Belajar dari Wajah Tausyiah Aa Gym

Belajar Dari Wajah K.H. Abdullah Gymnastiar. Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yg terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salah kalau kita buat semacam target. Misal : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuk tapi yg utama adl pancaran yg tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing misal tekadkan dalam diri : “Saya ingin tahu wajah yg paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yg paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?” krn pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dgn wajah orang per orang. Ya krn tiap orang pastilah punya wajah. Wajah istri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan dan lain sebagainya. Nah ketika kita berjumpa dgn siapapun hari ini, marilah kita belajar ilmu tentang wajah.

Subhanallaah pastilah kita akan bertemu dgn beraneka macam bentuk wajah. Dan tiap wajah ternyata berdampak berbeda-beda kepada kita. Ada yg menenteramkan, ada yg menyejukkan, ada yg menggelikan, ada yg menggelisahkan dan ada pula yg menakutkan. Lho kok menakutkan? Kenapa? Apa yg menakutkan, krn bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yg hidung mungil tapi menenteramkan. Ada yg sorot mata tajam menghunjam tapi menyejukkan. Ada yg kulit hitam tapi penuh wibawa.

Pernah suatu ketika berjumpa dgn seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram subhanallaah walaupun kulit tak putih, tak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya.. sejuk sekali! Senyum begitu tulus meresap ke relung qolbu yg paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari. Ada pula seorang ulama yang tubuh mungil dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin pemimpin spiritual gerakan Intifadah Palestina. Ia tak punya daya, duduk saja di atas kursi roda. Hanya kepala saja yg bergerak. Tapi saat menatap wajahnya terpancar kesejukan yg luar biasa. Padahal beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yg dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi ternyata dibalik kelumpuhan itu beliau memendam ketenteraman batin yg begitu dahsyat tergambar saat kita memandang sejuk pancaran rona wajahnya.

Nah saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yg menenteramkan maka cari tahulah, kenapa dia sampai memiliki wajah yg menenteramkan seperti itu. Tentulah benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyuman yg tulus; pancaran wajah nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yg menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dgn sifat yg berlawanan; {maaf bukan bermaksud meremehkan} ada pula yg wajahnya bengis, struktur kata ketus, sorot mata kejam, senyuman sinis dan sikap pun tak ramah. Begitulah wajah-wajah dari saudara-saudara kita yg lain yg belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yg menenteramkan, yg menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita dan buang jauh-jauh raut wajah yg tak ramah, tak menenteramkan dan yang tak menyejukkan. Tidak ada salah jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yg ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yg bibir di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangka dia kurang senyum, sinis atau kurang ramah. Subhanallaah bentuk seperti ini pun karunia Allah yg patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yg memiliki utk berusaha senyum ramah lbh maksimal lagi.

Sedangkan bagi wajah yg utk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut yaitu utk lbh ikhlas lagi. Karena senyum di wajah bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yg utama adalah ingin tuk kita membahagiakan orang lain? Ingin tuk kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian yg luar biasa kepada tiap orang yg bertemu dgn beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yg menyapa – menganggap orang tersebut adl orang yg paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil ketika Nabi SAW berbincang dgn siapapun maka orang yg diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap ternyata menjadi atribut kemuliaan yg beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yg diajak bicara.

Adapun kemuram-durjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara kita belum menganggap orang yg ada dihadapan kita orang yg paling utama. Maka terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misal ketika ada seseorang yg datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal kalau kita sudah tak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap itu tak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yg kuat.

Oleh krn itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud utk meremehkan. Tapi mengambil tauladan wajah yg baik, menghindari yg tak baik dan cari kunci kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah utk mengutamakan orang lain! Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita walaupun hanya beberapa menit walaupun hanya beberapa detik subhanallaah.**

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

08. Rasul Panutan Ummat Tausyiah Aa Gym

Rasul Panutan Ummat K.H. Abdullah Gymnastiar. Salam sejahtera kepada penghulu segenap makhluk yg paling mulia rakhmat bagi semesta alam manusia paling sempurna paling suci dan penyempurna revolusi zaman dialah Muhammad SAW. Dialah nabi paling pemurah paling peramah penuh kharisma dan kewibawaan kesantunan serta bergelar khatamul anbiya. Dialah jalan terang bagi gelap kehidupan dgn kesemarakan akhlak yg mulia, itulah puncak dari kebesaran dan kesempurnaan sehingga beroleh gelar Al Amin .

Berkaitan dgn keagungan nabi ini, Sayyid Hussein Nasr seorang cendekiawan muslim terkemuka menulis “Makhluk yg paling mulia ini {Muhammad SAW} juga dinamakan Ahmad Musthafa Abdullah Abul-Qasim dan juga bergelar Al Amin—yang terpercaya. Setiap nama dan gelar yg dimiliki mengungkapkan suatu aspek wujud yg penuh berkah. Ia adalah sebagaimana makna etimologis yg dikandung dalam kata Muhammad dan Ahmad yg diagungkan dan dipuji; ia adl musthafa abdullah {hamba Allah yang sempurna} dan terakhir sebagai ayah Qasim. Ia bukan hanya Nabi dan utusan Allah tetapi juga kekasih Allah dan rahmat yg dikirimkan ke muka bumi sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran “Dan tidaklah kami utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam.” {Q.S. Al Anbia (21):107}.

Ungkapan keagungan ini tidaklah berlebihan krn Allah Azza wa Jalla pun memuji beliau bahkan senantiasa bershalawat kepada firman-Nya “Sesungguh Allah dan para malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yg beriman sampaikanlah shalawat dan salam kepadanya.” . Demikianlah Allah dan para malaikat bershalawat kepada seharus apatah lagi kita sebagai makhluk kecil yg tiada berdaya ini. Disamping bershalawat ternyata penghormatan kepada Rasulullah SAW memiliki etika tersendiri. Tidak cukup hanya bershalawat saja krn yg terpenting adl kita harus yakin benar bahwa Rasulullah adl suri tauladan sepanjang zaman. Jikalau kita ikut dalam tuntunan beliau insya Allah akan selamat dunia dan akhirat. Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya “Dan sesungguh Rasul Allah itu menjadi ikutan yg baik utk kamu dan utk orang yg mengharapkan menemui Allah di hari kemudian dan yg mengingati Allah sebanyak-banyaknya.” {Q.S. Al Ahzab (33): 21}. Seakan ayat ini menyatakan bahwa tak usah kita melakukan apapun kecuali ada contoh dari Rasulullah.

Ketika misal rumah tangga keluarga kita berantakan, maka solusi terbaik adl dgn mencontoh Rasul dalam mengemudikan bahtera rumah tangganya. Subhanallah siapapun yg mempunyai referensi Rasulullah dalam perilaku sehari-hari, maka hidup seperti seorang yg punya katalog yang sangat mudah di akses, segala serba tertuntun.

Begitu penting tauladan ini. Itulah sebab mengapa P4 gagal di Indonesia? Padahal dimana-mana dilakukan penataran berbagai metode dan pola digunakan biaya pun keluar miliaran rupiah tapi mengapa tak berhasil merubah pola pikir masyarakat? Jawaban mudah saja menurut yg saya pahami dari Dr. Ruslan Abdul Ghani yg menyatakan bahwa salah satu penyebab utama adl karena tak ada contohnya. Siapa sekarang orang Indonesia yg paling Pancasilais sehingga layak ditauladani perilakunya? Belum ada! Karena berbahagialah umat Islam yg mempunyai tauladan Rasulullah SAW dalam diri semua aspek kehidupan telah ada reperensinya. Mau duduk bertemu dgn kawan bertemu dgn orang kaya bercakap dgn orang papa berhubungan dgn pejabat semua telah ada contoh termasuk bagaimana teknik menghadapi penjahat. Semua sudah jelas bahkan sampai hal yg paling sederhana seperti di kamar kecil yg paling tersembunyi sekalipun semua ada tuntunannya. Sayang kita jarang menyempatkan diri utk mempelajari bagaimana perilaku Rasulullah SAW yg sebenarnya. Karena jikalau Pesantren Daarut Tauhiid saat ini dianggap sedang “naik daun” maka sama sekali bukan krn ide cemerlang seseorang, hakikat krn pertolongan Allah Azza wa Jalla dengan syariat mengamalkan sebagian dari tuntunan Rasulullah SAW yg diaktualisasikan dan dikemas sedemikian rupa. Jadi apatah lagi bagi orang-orang yang mampu mengaplikasikan semua yg telah Rasul tuntunkan hasil tentu akan jauh lbh luar biasa lagi.

Oleh karena itu bagi sahabat yg dikaruniai kesempatan menjadi guru dan mengharapkan dicintai dan dihormati murid, tak membosankan murid ketika mengajar dikelas, proses belajar-mengajar menjadi efektif serta para murid menjadi cerdas dan berpikiran maju, maka contohlah Rasul dalam mengajar. Bagaimana cara Rasul mengajar? Ternyata Rasulullah mengajar dgn penuh kelembutan, kasih-sayang dan sangat ingin para sahabat menjadi maju. Jikalau anda seorang manager perusahaan atau pejabat di sebuah instansi pemerintahan, maka yg harus dipikirkan adl bagaimana agar bisa sukses dengan tetap mengikuti tuntunan Rasulullah? Ternyata Rasulullah SAW dalam berorganisasi itu rendah hati, lembut perangai, senang bertukar pikiran selalu meminta ide saran dan koreksi dalam bermusyawarah. Adapun bagi pemuda yg ingin dicintai, disukai, penuh pesona, melimpah kharisma maka pelajari bagaimana pribadi Rasul. Para sahabat seperti hal Imam Ali ternyata juga meneladani Rasulullah SAW. Nampak jikalau kita berat menghadapi hidup ini, maka pertanyaan adl sampai sejauh mana kita mampu meluangkan waktu utk mempelajari pribadi Rasulullah SAW? Demikian penting arti sebuah tauladan atau penuntun bagi kehidupan seseorang. Karena siapapun akan sengsara atau bahkan tersesat, jikalau tak pernah meluangkan waktu utk mempelajari pribadi Rasulullah SAW. Dialah penuntun kita dari kesesatan dan gelap kehidupan. Seperti hal sebuah kejadian yg semoga dgn diungkapkan diforum ini ada hikmah yg bisa diambil. Kejadian adl dari penuturan seorang mubaligh asal Bandung. Ketika itu ia diundang bertabligh di suatu tempat di Tasikmalaya. Berangkatlah ia naik mobil bersama penjemputnya. Penjemput sebagai penunjuk arah di depan satu mobil dan sang mubaligh mengikuti di belakang dgn mobil lain. Beberapa jam perjalanan lancar-lancar saja, sayang setelah beberapa saat sampai di wilayah Tasik, penunjuk arah memacu kendaraan lbh cepat sehingga mobil sang mubaligh tertinggal jauh di belakang. Cerita selanjutnya mudah ditebak, sang mubaligh pun tersesat. Belok kiri tak ketemu, belok kanan masuk pasar, waktu pun berlalu sia-sia, hati bahkan sudah mulai gelisah tak menentu. Nampaklah betapa sengsara orang yg tersesat, waktu dan tenaga terbuang percuma, tujuan tak menentu, perasaan pun tak enak bahkan sebentar-sebentar harus tanya sana-tanya sini, sungguh merepotkan. Demikianlah kegelisahan akan makin akrab dgn orang-orang yg kehilangan penuntun dalam hidupnya. Bayangkan saja andaikata kita tak punya penuntun, tak punya penunjuk arah, lalu kita berjalan menuju suatu tempat yg belum diketahui sebelum, pastilah tak akan menentramkan perjalanan tersebut. Tapi jikalau penuntun arah dan tujuan jelas, maka langkah kita akan mantap dan hati pun senantiasa disaputi ketentraman. Dan Rasulullah SAW adl penuntun dan panutan kita sepanjang zaman.**

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

09. Kegigihan Dalam Berikhtiar Tausyiah Aa Gym

KH. Abdullah Gymnastiar. Mahasuci Allah Dzat yg memiliki segalanya. Maha cermat Maha sempurna sehingga sama sekali tiada membutuhkan apapun bagi Allah SWT dan hamba-hamba-Nya. Tidak ada kepentingan dan manfaat yang bisa kita berikan krn Allah secara total dan Mahasempurna telah mencukupi diri sendiri. Ribuan malaikat yg gemuruh bertasbih, bertahmid, dan bertakbir tiap detik tiap waktu tiap kesempatan memuji Allah itupun hanya menunjukkan keagungan dan kebesaran-Nya.

Diciptakan-Nya makhluk jin dan manusia lalu diperintahkan untuk taat bukan krn Allah membutuhkan ketaatan makhluk-Nya.

Sungguh semua perintah dari Allah adl karunia agar kita menjadi terhormat mulia dan bisa kembali ke tempat asal mula kita yaitu SURGA. Jadi kalau kita masuk neraka naudzubillah sama sekali bukan krn kurangnya karunia ALLAH tapi krn saking gigih kita ingin menjadi ahli neraka yaitu dgn banyak maksiat yg kita lakukan.

ALLAH SWT Mahatahu bahwa kita memiliki kecenderungan lebih ringan kepada hawa nafsu dan lbh berat kepada taat. Oleh karena itu jika kita mendapat perintah dari ALLAH dalam bentuk apapun si nafsu ada kecenderungan ‘berat’ melakukan, bahkan tak segan-segan utk menolaknya. Misal; sholat kecenderungan ingin dilambatkan. Shaf saja, orang yg berebutan shaf pertama tak banyak, amati saja bahwa shaf belakang cenderung lbh banyak diminati. Perintah sholat banyak yang melakukan tapi belum tentu semua tepat waktu, yg tepat waktu juga belum tentu bersungguh-sungguh khusu’. Bahkan ada kalanya - mungkin kita yang justru meni’mati shalat dgn pikiran yg melantur melayang-layang tak karuan sehingga tak jarang banyak program atau urusan duniawi lainnya yang kita selesaikan dalam shalat. Dan yg lbh parah lagi kita tidak merasa bersalah.

Saat menafkahkan rizki utk sedekah, maka si nafsu akan membuat seakan-akan sedekah itu akan mengurangi rizki kita, bahkan pada lintasan berikut, sedekah ini akan dianggap membuat kita tak punya apa-apa. Padahal sungguh sedekah tidak akan mengurangi rizki bahkan akan menambah rizki kita. Namun krn nafsu tidak suka kepada sedekah, maka jajan justru lbh disukai.

Sungguh kita telah diperdaya dgn rasa malas ini. Bahkan saat malas beribadah otak kita pun dgn kreatif akan segera berputar utk mencari dalih ataupun alasan yg dipandang “logis dan rasional”. Sehingga apa-apa yg tak kita lakukan karena malas seolah-olah mendapat legitimasi krn alasan kita yg logis dan rasional itu bukan semata-mata krn malas. Ah ! betapa hawa nafsu begitu pintar mengelabui kita. Lalu bagaimana cara kita mengatasi semua kecenderungan negatif diri kita ini ?

Cara paling baik yg harus kita lakukan adalah kegigihan kita melawan kemalasan diri ini, krn kecenderungan malas kalau mau diikuti terus-menerus, tak akan ada ujung bahkan akan terus membelit kita menjadi seorang pemalas kelas berat naudzubillah. Berangkat ke Mesjid mau dilambat-lambat maka lawan ! Berangkat saja. Ketika terlintas nanti saja wudlu di Mesjid. Lawan ! Di Mesjid banyak orang segera lakukan wudlu, di rumah saja! Itu sunah. Sungguh orang yg wudhu di rumah lalu bergegas melangkahkan kaki ke Mesjid utk sholat maka tiap langkah adl penggugur dosa dan pengangkat derajat.

Sampai di Mesjid paling ni’mat duduk di tempat yang memudahkan dia keluar dari Mesjid bahkan kadangkala tak sungkan untuk menghalangi orang lewat. Lebih-lebih lagi bila memakai sendal bagus, ia akan berusaha sedekat mungkin dgn sendal dengan alasan takut dicuri orang. Begitulah nafsu sungguh bagi orang yang ingin kebaikan dia akan berusaha agar duduk tak menjadi penghalang bagi orang lain. Maka akan dicarinyalah shaf yg paling depan shaf yg paling utama.

Sesudah sholat, ketika mau dzikir kadang terlintas urusan pekerjaan yg harus diselesaikan maka bagi yg tekadnya kurang kuat ia akan segera ngeloyor pergi padahal zikir tak lebih dari sepuluh menit ngobrol saja lima belas menit masih dianggap ringan. Atau ada juga yg sampai pada tahap zikir diucap berulang-ulang subhaanallah subhaanallah tapi pikiran melayang kemana saja. Aneh lagi kalau memikirkan “Dia Si Jantung Hati” konsentrasi sungguh luar biasa. Kenapa misal mengucap subhaanallah 33x yg sadar mengucapkan cuma satu kali? Atau ingatlah saat kita akan berdoa kadang kita malas, ada saja alasan untuk tak berdoa walaupun dilakukan dgn seringkas mungkin. Padahal demi ALLAH dzikir-dzikir yg kita ucapkan akan kembali pada diri kita juga.

Oleh krn itu bila muncul rasa malas untuk beribadah itu berarti hawa nafsu berupa malas sedang merasuk menguasai hati. Segeralah lawan dgn mengerahkan segenap kemampuan yg ada dengancara segera melakukan ibadah yg dimalaskan tersebut. Sekali lagi bangun dan lawan ! Insya Allah itu akan lbh dekat kepada ketaatan. Janganlah krn kemalasan beribadah yg kita lakukan menjadikan kita tergolong orang-orang munafik naudzubillah.

Firman-Nya ” Sesungguh orang-orang munafik itu hendak menipu ALLAH dan ALLAH akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri utk shalat mereka berdiri dgn malas. Mereka bermaksud riya dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut ALLAH kecuali sedikit saja”.

Ingatlah, bahwa kalau kita tergoda oleh bisikan hawa nafsu berupa kemalasan dalam beribadah, maka kita ini sebenarnya sedang menyusahkan diri sendiri krn semua perintah itu adl karunia ALLAH buat kemaslahatan diri kita juga. Coba ALLAH menyuruh kita berdzikir siapa yang mendapat pahala ? Kita. ALLAH menyuruh berdoa, lalu doa diijabah buat Siapa ? Buat kita. ALLAH sedikitpun tak ada kepentingan manfaat atau mudharat terhadap apa-apa yg kita lakukan. Tepatlah ungkapan Imam Ibnu Atho’illah dalam kitab Al Hikam “Allah mewajibkan kepadamu berbuat taat padahal yang sebenar hanya mewajibkan kepadamu utk masuk ke dalam SURGA-NYA {dan tak mewajibkan apa-apa kepadamu hanya semata-mata supaya masuk kedalam surga-Nya}”. Maka Abul Hasan Ashadily menasehatkan kepada kita “Hendaklah engkau mempunyai satu wirid yang tak engkau lupakan selama yaitu mengalahkan hawa nafsu dgn lbh mencintai ALLAH SWT”.

Maka kalau kita sengsara kita susah kita menderita itu bukan krn siapa-siapa itu semua kita yg berbuat. Padahal sungguh tiap desah nafas yg kita hembuskan adl amanah dari ALLAH SWT dan sebagai titipan wadah yg harus kita isi dgn amal-amal kebaikan. Sedangkan hak ketuhanan tetap berlaku pada tiap detik yang dilalui oleh seorang hamba. Abul Hasan lbh lanjut mengatakan “Pada tiap waktu ada bagian yg mewajibkan kepadamu terhadap ALLAH SWT”.

Jadi sungguh sangat aneh jika kita bercita-cita ingin bahagia ingin dimudahkan urusan, ingin dimulyakan, tapi justru amal-amal yg kita lakukan ternyata menyiapkan diri kita utk hidup susah. Seperti orang yg bercita-cita ingin masuk surga, tapi amalan-amalan yg dipilih amalan-amalan maksiat. Maka sahabat-sahabat sekalian sederhanakanlah hidup kita paksakan diri ini untuk taat kepada perintah ALLAH kalau belum bisa ikhlas dan ringan dalam beribadah. Mudah-mudahan ALLAH yg melihat kegigihan diri kita memaksa diri ini nanti dibuat jadi tak terpaksa krn Dia-lah yang Maha Menguasai diri ini.

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

10. Nikmati Proses Tausyiah Aa Gym

Nikmati Proses K.H. Abdullah Gymnastiar. Sebenar yg harus kita ni’mati dalam hidup ini adl proses. Mengapa? Karena yg bernilai dalam hidup ini ternyata adl proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu, Allah yg menetapkan tapi bagi kita punya kewajiban untuk meni’mati dua perkara yg dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga yaitu selalu menjaga tiap niat dari apapun yg kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan ikhtiar yg dilakukan selebih terserah Allah SWT. Seperti para mujahidin yg berjuang membela bangsa dan agama sebetul bukan kemenangan yg terpenting bagi mereka krn menang-kalah itu akan selalu dipergilirkan kepada siapapun. Tapi yg paling penting adalah bagaimana selama berjuang itu niat benar krn Allah dan selama berjuang itu akhlak juga tetap terjaga. Tidak akan rugi orang yg mampu seperti ini, sebab ketika dapat mengalahkan lawan berarti dapat pahala kalaupun terbunuh, berarti bisa jadi syuhada. Ketika jualan dalam rangka mencari nafkah utk keluarga, maka masalah yang terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu krn uang itu ada jalurnya, ada rizki dari Allah dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau kita mengukur kesuksesan itu dari untung yg didapat, maka akan gampang sekali bagi Allah utk memusnahkan untung yg didapat hanya dalam waktu sekejap. Dibuat musibah menimpa, dikenai bencana hingga akhirnya semua untung yg dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika. Walhasil yg terpenting dari bisnis dan ikhtiar yg dilakukan adl prosesnya. Misal, bagaimana selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tak pernah ada satu miligram pun hak orang lain yg terambil oleh kita, bagaimana ketika berjualan itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak, bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita, tepat waktu janji-janji kita penuhi. Dan keuntungan bagi kita ketika sedang berproses mencari nafkah adl dgn sangat menjaga nilai-nilai perilaku kita. Perkara uang, sebenarya tak usah terlalu dipikirkan krn Allah Maha tahu kebutuhan kita, lbh tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tak akan terangkat oleh keuntungan yg kita dapatkan, tapi kita akan terangkat oleh proses mulia yg kita jalani. Ini perlu dicamkan baik-baik, bagi siapa pun yg sedang bisnis bahwa yg termahal dari kita adl nilai-nilai yg selalu kita jaga dalam proses. Termasuk ketika kuliah, bagi para pelajar kalau kuliah hanya meni’mati hasil ataupun hanya ingin gelar, bagaimana kalau meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tak tahu kapan akan meninggal. Karena yg paling penting dari perkuliahan, tanya dulu pada diri mau apa dgn kuliah ini? Kalau hanya utk mencari isi perut kata Imam Ali “Orang yg pikirannya hanya pada isi perut, maka derajat dia tak akan jauh beda dgn yg keluar dari perutnya”. Kalau hanya ingin cari uang, hanya tuk uang, maka asal tahu saja penjahat juga pikirannya hanya uang. Bagi kita kuliah adl suatu ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu supaya tambah luas ilmu, hingga akhir hidup kita bisa lbh meningkat manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuan adl agar dapat meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin supaya bisa mensejahterakan orang lain. Dalam mencari rizki ada dua perkara yg perlu selalu kita jaga ketika sedang mencari kita sangat jaga nilai-nilai dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah yg sangat penting. Dalam perkuliahan niat kita mau apa nih? Kalau mau sekolah, mau kuliah, mau kursus, selalu tanyakan mau apa nih? Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda krn belum tentu kita masih hidup ketika kursus selesai.

Ah Sahabat ... Kalau kita selama kuliah, selama sekolah, selama kursus kita jaga sekuat-kuat mutu kehormatan nilai kejujuran etika dan tak mau nyontek, lalu kita meninggal sebelum diwisuda? Tidak ada masalah krn apa yg kita lakukan sudah jadi amal kebaikan. Karena jangan terlalu terpukau dgn hasil. Saat melamar seseorang kita harus siap menerima kenyataan bahwa yg dilamar itu belum tentu jodoh kita. Persoalan kita sudah datang ke calon mertua, sudah bicara baik-baik, sudah menentukan tanggal, tiba-tiba menjelang pernikahan, ternyata ia mengundurkan diri atau akan menikah dgn yg lain. Sakit hati sih wajar dan manusiawi, tapi ingat, bahwa kita tak pernah rugi kalau niat sudah baik, cara sudah benar, kalaupun tak jadi nikah dgn dia. Siapa tahu Allah telah menyiapkan kandidat lain yg lbh cocok. Atau sudah daftar mau pergi haji, sudah dipotret, sudah manasik dan sudah siap utk berangkat, tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal utk berangkat. Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini merupakan ni’mat dan pertolongan dari Allah krn kalau berangkat haji belum tentu mabrur, mungkin Allah tahu kapasitas keimanan dan kapasitas keilmuan kita.

Oleh sebab itu, sekali lagi jangan terpukau oleh hasil krn hasil yg bagus menurut kita, belum tentu bagus menurut perhitungan Allah. Kalau misal, kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yg mampu kita kelola. Suatu saat Allah memberikan untung satu milyar nah untung ini justru bisa jadi musibah buat kita. Karena tiap datang rizki akan efektif kalau iman kita bagus dan kalau ilmu kita bagus. Kalau tak datang uang, datang gelar, datang pangkat, datang kedudukan yg tak dibarengi kualitas pribadi kita yg bermutu sama dgn datang musibah. Ada orang yg hina gara-gara dia punya kedudukan krn kedudukan tak dibarengi dgn kemampuan mental yang bagus jadi petantang-petenteng jadi sombong jadi sok tahu maka dia jadi nista dan hina krn kedudukannya. Ada orang yg terjerumus bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat krn uang juga tak ada tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah, tiba-tiba dia begitu mudah mengakses tempat-tempat maksiat.

Nah Sahabat ... Selalulah kita ni’mati proses. Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran, ternyata kue lebaran yg begitu enak itu telah melewati proses yg begitu panjang dan la,ma. Mulai dari mencari bahan-bahan memilah-milah, menyediakan peralatan yg pas hingga, memadukan dgn takaran yg tepat dan sampai menunggui di open. Dan lihatlah, ketika sudah jadi kue, baru dihidangkan beberapa menit saja sudah habis. Apalagi, biasa tak dimakan sendirian oleh yg membuatnya. Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tak meni’mati proses membuatnya, dia akan rugi krn hanya dapat capeknya saja, krn hasil proses membuat kue pun habis dgn seketika oleh orang lain. Artinya, ternyata yg kita ni’mati itu bukan sekedar hasil tapi proses.

Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak, lihatlah prosesnya. Hamil sembilan bulan sungguh begitu berat, tidur susah, berbaring sulit, berdiri berat, jalan juga limbung, masya Allah. Kemudian saat melahirkan pun berat dan sakit juga setengah mati. Padahal, setelah si anak lahir belum tentu balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan, sewaktu kecil ngencingin, ngeberakin, sekolah ditungguin cengeng luar biasa, di SD tak mau belajar {bahkan yg belajar mengerjakan PR justru malah ibunya} dan si anak malah jajan saja, saat masuk SMP mulai kumincir, masuk SMU mulai coba-coba jatuh cinta. Bayangkanlah kalau semua proses mendidik dan mengurus anak itu tak pakai keikhlasan maka akan sangat tak sebanding antara balas budi anak dgn pengorbanan ibu bapaknya. Bayangkan pula kalau menunggu anak berhasil, sedangkan proses sudah capek setengah mati seperti itu, tiba-tiba anak meninggal naudzhubillah apa yg kita dapatkan? Oleh sebab itu bagi para ibu ni’matilah proses hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak pusing ngadat- dan rewel anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik anak menyekolahkan anak dgn penuh jerih payah dan tetesan keringat sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau tidak, sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini insya Allah tak akan pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yg kita dapatkan, tapi apa yg dgn ikhlas dapat kita lakukan. **

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym


Artikel terkait :


Submit your 
content Every Day to 25 social 
bookmarking sites, all on unique 
C class IPs... FREE.